Sains & Riset

Ngeri! Kecerdasan Buatan Deteksi Asteroid Berbahaya, Ilmuwan Kecolongan, Bumi Terancam

Kecerdasan Buatan Deteksi Asteroid Berbahaya

MILEZONE.ID – Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) memberi dampak positif dan negatif bagi hidup manusia secara keseluruhan.

Tidak dipungkiri banyak hal yang dapat dilakukan AI lebih baik dari apa yang dilakukan manusia.

Sebuah algoritma baru yang dirancang dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan berhasil mendeteksi asteroid berbahaya berukuran 182,2 meter.

Sebelumnya asteroid ini bahkan tidak terdeteksi oleh para ilmuwan.

Kecerdasan Buatan Deteksi Asteroid Berbahaya
Ilustrasi. Penemuan 2022 GN1 menggambarkan bukan mustahil lagi jika masih banyak asteroid yang berpotensi berbahaya yang masih belum terdeteksi oleh para astronom. (Foto: Istimewa)

Melansir metro.co.uk, Senin (7/8/2023), asteroid seukuran gedung pencakar langit berjuluk 2022 GN1 terbang melakukan pendekatan terdekatnya pada jarak 7,2 juta kilometer dari planet Bumi pada September 2022.

Karena cukup dekat dengan Bumi maka asteroid tersebut dapat dianggap sebagai asteroid yang berpotensi berbahaya (PHA).

Namun, asteroid ini tidak bisa terdeteksi oleh para astronom di seluruh dunia sebelum, selama, atau setelah pendekatan, karena tersembunyi oleh cahaya bintang Bima Sakti.

Algoritma baru, HelioLinc3D, mengidentifikasi asteroid 2022 GN1 dengan menganalisis data dari Zwicky Transient Facility (ZTF), sebuah teleskop yang dirancang mencari objek yang bergerak cepat di langit malam.

Kehadiran asteroid berhasil terdeteksi oleh algoritma meskipun hanya terlihat dalam waktu singkat.

Penemuan 2022 GN1 menggambarkan bukan mustahil lagi jika masih banyak asteroid yang berpotensi berbahaya yang masih belum terdeteksi oleh para astronom.

Saat ini, para ilmuwan mengetahui 2.350 PHA tetapi diperkirakan masih ada lebih dari 3.000 PHA yang belum ditemukan.

Kecerdasan Buatan Deteksi Asteroid Berbahaya
Ilustrasi. Bumi beberapa waktu lalu bersinggungan dengan asteroid lain seukuran bangunan 20 lantai dan para astronom baru menyadarinya dua hari kemudian. (Foto: Istimewa)

Baru bulan lalu, Bumi bersinggungan dengan asteroid lain seukuran bangunan 20 lantai dan para astronom baru menyadarinya dua hari kemudian.

Algoritma ini akan segera digunakan untuk menyisir data yang dikumpulkan oleh Observatorium Vera C. Rubin, teleskop canggih di pegunungan Chili yang dijadwalkan akan memulai operasi perburuan asteroid pada awal 2025.

“Ini hanyalah sebagian kecil dari apa yang diharapkan dengan Observatorium Rubin dalam waktu kurang dari dua tahun, ketika (algoritme) HelioLinc3D akan menemukan objek seperti ini setiap malam,” kata Mario Jurić, pemimpin tim algoritma baru.

“Dengan mendemonstrasikan keefektifan perangkat lunak yang akan digunakan Rubin untuk mencari ribuan asteroid berpotensi berbahaya yang belum diketahui, penemuan 2022 SF289 membuat kita semua lebih aman,” timpal Rubin Ari Heinze, pengembang utama algoritma baru itu.

Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *