MILEZONE.ID – Tidur merupakan salah satu kebutuhan utama manusia yang harus dipenuhi.
Saat tidur, tubuh Anda akan memulihkan diri dan mengisi kembali energi yang dibutuhkan guna menjalankan aktivitas sehari-hari.
Maka setiap individu sangat perlu untuk bisa mendapatkan kualitas tidur yang baik dan waktu tidur yang tepat.
Sayangnya, masih banyak orang yang menganggap itu bukan hal yang penting dan mengabaikan kebutuhan tidur mereka, baik secara sengaja maupun akibat gangguan tidur yang mereka alami.
Melansir Medicaldaily, Kamis (26/10/2023), mereka yang mengalami kurang tidur dari 5 jam setiap harinya dapat meningkatkan depresi.
Tidur kurang dari 5 jam setiap hari meningkatkan risiko terjadinya depresi sebesar 2,5 kali lipat, sementara peluang terjadinya kurang tidur akibat depresi hanya sepertiganya.
Kurang tidur sering kali dianggap sebagai konsekuensi dari masalah kesehatan mental. Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Translational Psychiatry menunjukkan adanya hubungan antara tidur pendek yang konsisten dan timbulnya gejala depresi.
Menurut penelitian, individu dengan kecenderungan genetik yang lebih kuat untuk tidur kurang dari 5 jam setiap hari memiliki risiko lebih tinggi terkena gejala depresi dalam jangka waktu 4-12 tahun.
Sementara itu, mereka yang memiliki kecenderungan genetik lebih besar untuk mengalami depresi tidak memiliki risiko lebih tinggi mengalami kurang tidur.
Para peneliti juga menemukan hubungan antara tidur lama dan timbulnya gejala depresi, dengan partisipan yang tidur lebih dari 9 jam memiliki kemungkinan 1,5 kali lebih besar untuk mengalami gejala depresi dibandingkan mereka yang tidur rata-rata 7 jam.
Namun, gejala depresi tidak berhubungan dengan tidur lebih lama 4 hingga 12 tahun kemudian, yang sesuai dengan temuan genetik. Temuan ini diperoleh setelah menganalisis data kesehatan dari 7.146 orang yang berpartisipasi dalam English Longitudinal Study of Aging (ELSA), sebuah studi populasi yang mewakili secara nasional di Inggris.
Para peneliti mengumpulkan data dari dua survei yang dilakukan dengan selang waktu dua tahun, karena durasi tidur dan depresi berfluktuasi seiring waktu. Rata-rata, para peserta tidur selama tujuh jam setiap malam.
Pada awal penelitian, lebih dari 10 persen tidur kurang dari 5 jam, dan meningkat menjadi 15 persen pada akhir penelitian. Selama periode tersebut, proporsi partisipan yang mengalami gejala depresi meningkat dari 8,75 menjadi 11,47 persen.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, depresi 35 persen diwariskan, sedangkan kemungkinan pewarisan adalah 40 persen untuk durasi tidur.
Dr. Olesya Ajnakina, seorang penulis senior mengatakan, durasi tidur pendek dan panjang, serta depresi, merupakan kontributor utama beban kesehatan masyarakat yang sangat diwariskan.
“Skor poligenik, yang merupakan indeks kecenderungan genetik seseorang terhadap suatu sifat, dianggap sebagai kunci untuk mulai memahami sifat durasi tidur. dan gejala depresi,” ujar Dr. Olesya Ajnakina.