Hardnews

Investasi Anak Usia Dini, Kunci Cegah Kenakalan Remaja dan Perkuat Ekonomi

Jakarta,Milezone.id- KEMENDUKBANGGA/BKKBN — Setiap $1 yang diinvestasikan dalam program anak usia dini berkualitas dapat menghasilkan return hingga $7 dalam bentuk manfaat sosial dan ekonomi di masa depan. Investasi tersebut tidak hanya berdampak pada penguatan ekonomi dan peningkatan produktivitas tenaga kerja, tetapi juga berperan penting dalam mencegah kenakalan remaja dan menekan biaya sosial akibat kurangnya pengasuhan yang berkualitas sejak dini. Anak-anak yang mendapatkan pendidikan dan pengasuhan baik memiliki peluang lebih besar untuk sukses di sekolah, berkarier, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

 

Demikian disampaikan Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/Sekretaris Utama BKKBN, Prof. Budi Setiyono, mengutip penelitian Heckman, James J. (2008) dalam kegiatan “Kapitalisasi Bonus Demografi: Sosialisasi Program Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) bagi Perusahaan”, Senin (3/11/2025) di Best Western Premier The Hive Hotel, Jakarta Timur, serta secara daring melalui Zoom Meeting dan YouTube Kemendukbangga/BKKBN.

 

Prof. Budi menegaskan, investasi pada anak usia dini merupakan langkah strategis untuk mengurangi risiko sosial dan memperkuat fondasi ekonomi nasional. “Inilah bagian penting dalam mendorong keberhasilan kapitalisasi bonus demografi,” ujarnya.

Bonus demografi hanya akan menjadi kekuatan jika seluruh penduduk usia produktif, termasuk perempuan, memiliki kesempatan yang sama di dunia kerja. Namun, tingkat partisipasi kerja perempuan masih jauh di bawah laki-laki, salah satu penyebabnya adalah minimnya fasilitas pengasuhan anak (child care).

 

Data menunjukkan, Indonesia memiliki 196 juta penduduk usia produktif dengan potensi produktivitas tinggi. Jika potensi ini dimaksimalkan, negara akan mampu memperbesar kapasitas fiskal dan mempercepat layanan publik. Namun, partisipasi perempuan di sektor formal baru sekitar 35–36%, sementara secara agregat (formal dan non-formal) mencapai 54%.

 

Dari 72.182.781 keluarga di Indonesia (Data Pendataan Keluarga 2024), terdapat 11.539.365 keluarga dengan kepala keluarga perempuan, 3.564.378 keluarga dengan anak usia 0–23 bulan, dan 8.801.625 keluarga dengan anak usia 24–59 bulan. “Mereka membutuhkan fasilitas penitipan anak agar orang tua tetap dapat bekerja dengan tenang,” jelas Prof. Budi.

 

Sementara itu, menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Kemendukbangga/BKKBN, Nopian Andusti, SE, MT, mengemukakan, melalui program Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak) Kemendukbangga/BKKBN mendorong penyediaan fasilitas pengasuhan anak di berbagai wilayah dan perusahaan. “Investasi dalam fasilitas child care dapat meningkatkan partisipasi kerja perempuan hingga 10–20 persen. Jika saat ini 35 persen, maka dengan dukungan Tamasya bisa mencapai lebih dari 50 persen, setara dengan negara-negara maju,” tambahnya.

 

Sementara itu, Direktur Bina Ketahanan Keluarga Balita dan Anak, Kemendukbangga/BKKBN, dr. Irma Ardiana, MAPS, mengungkapkan saat ini telah ada 3.202 Tamasya berbasis pemerintah, masyarakat, dan perusahaan. “Masih banyak tempat penitipan anak yang belum tergabung dalam program ini. Kami mengimbau agar mereka bergabung untuk memperoleh pendampingan pengasuhan dan pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala,” ujarnya.* (Asep)

 

 

 

Show Comments (0)
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *