MILEZONE.ID – Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, M.A., menjadi salah satu tokoh agama, tokoh bangsa, dan tokoh kemanusiaan yang disegani di Nusantara dan di dunia.
Tercatat oleh Pusat Studi Islam Strategis Kerajaan Yordania, sosoknya menempati urutan ke-19 dari 500 muslim paling berpengaruh di dunia pada 2022.
Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin menilai Kiai Said ini sebagai pecinta ilmu, kitab, dan buku yang senang berdiskusi, berorganisasi, dan mendedikasikan diri demi memajukan peradaban Islam.
“Beliau memiliki khazanah pengetahuan keislaman yang luas, mencakup sejarah Islam, sastra, fikih, tasawuf, bahkan sejarah lokal perjuangan kiai kampung yang selama ini jarang tercatat dalam buku,” ujar Wapres.
Hal itu disampaikannya saat memberikan ucapan selamat secara virtual pada peluncuran buku “Kiai Pesantren Membangun Peradaban: 70 Tahun Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, M.A.”, dari Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta Pusat, Kamis (22/2/2024).
Menurut Wapres, pemikiran dan gagasan Kiai Said yang menghormati keberagaman mampu memperkaya politik kebangsaan di Tanah Air yang rukun dan damai, termasuk memperkuat citra Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta.
Lebih jauh, dia berharap kiprah ulama yang satu ini akan kian mendorong upaya membangun peradaban dan membangun perdamaian.
“Mudah-mudahan jihad beliau dalam menyiarkan ilmu pengetahuan dan budaya Islam di seluruh penjuru negeri dan dunia akan menjadi pelesat kemajuan peradaban Islam, membangun perdamaian, dan melahirkan inspirasi bagi umat dalam perjuangan di masing-masing bidang yang ditekuni,” sebut Wapres.
Untuk itu, dia mengapresiasi penerbitan buku yang memuat berbagai pemikiran, gagasan, nilai-nilai, dan pengalaman dari tokoh sekaligus cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) ini.
“Saya mengucapkan selamat atas diluncurkannya buku ‘Kiai Pesantren Membangun Peradaban, 70 Tahun Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A.’,” ucap Wapres.
Sementara itu, dalam sambutannya, Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, M.A., mengungkapkan pandangan-pandangannya yang perlu dijadikan perhatian bersama.
Pertama, Islam di Tanah Air hanya dipahami sebagai syariah dan akidah, tetapi belum menyentuh bidang hadharah (peradaban) dan tsaqofah (kebudayaan).
Kedua, definisi yang belum jelas mengenai Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja).
Ketiga, pesantren yang telah dikenal Nusantara jauh sebelum Islam masuk sehingga kontribusinya di bidang pendidikan di Indonesia tidak boleh diabaikan.
Dan keempat, akhlak bangsa Indonesia yang dinilai sangat rendah, padahal sebagian besarnya adalah umat Islam.
“Tsaqofah adalah capaian-capaian culture, hadharah capaian-capaian welfare nggak pernah disinggung oleh ulama-ulama, kiai-kiai pesantren. Islam belum dipahami secara utuh, baru dipahami dari rukun iman dan rukun Islam saja,” tukas Kiai Said.