Hardnews

Tim Advokasi Peduli Pendidikan Indonesia

Jakarta,Milezone.id-Memperingati hari Guru Nasional, Tim Advokasi Peduli Pendidikan Indonesia menyampaikan refleksi terhadap pendidikan di Indonesia

Disampaikan melalui perwakilan, Intan Nur Rahmawanti (25/11).

” Sebagai refleksi memperingati Hari Guru Nasional, perlu diingatkan kembali siswa bukan obyek sasaran kebijakan.

Hari guru momentum evaluasi kurikulum pendidikan yang tidak dipungkiri mengikuti kebijakan akan terus berganti menyesuaikan menterinya. ” Ujar Intan

“Dulu zaman orde baru para orang tua tidak pernah resah akan ketentuan yang baku pada setiap level pendidikan untuk tujuan dan mekanisme yang sama. Namun ketika orde reformasi sedikit demi sedikit mulai bergeser. Mungkin karena pengaruh pemimpin dan pengampunya.”

“Berbagai metode dan kurukulum diterapkan. Orang tua, anak menjadi panik hingga bersemilah lembaga-lembaga belajar untuk mengatasi kepanikan itu”.

Dalam hal ini siapa yang diuntungkan dan siapa yang rugikan. Tentu saja siswa, yang menginginkan keunggulan mengenyam pendidikan lebih tinggi dari strata terbaik versi masing-masing daerah.”

“Saat ini era diliberalisasikannya kurikulum pendidikan sehingga berkesan “buat anak kok coba-coba”! Dengan membawa latar belakang penyetaraan pendidikan di luar negeri yang saat ini memang mayoritas kabinet pernah mengenyam pendidikan luar, kemudian ingin diimplementasikan di Indonesia.”

Kembali pertanyaanya “ siapkah siswa indonesia?” “Siapkah infrastruktur berikut pengampunya”.

Ketika anak hendak lulus kejenjang berikutnya, anak sudah dibebani dengan materi sebanyak itu, ditambah strategi tertentu yang hanya anak hasil bimbel yang lebih paham. Kasihan, jika sebuah kewajaran harus menenpuh tes tertentu untuk mendapatkan sekokah berikutnya, biarkanlah sesuai kemanpuan anak, tidak perlu dikembangkan rumor TKA, aspd dll.” tambah Intan

“Jika ingin komparasi, contohlah new zaeland sebagai tempat yang diakui pendidikannya maju dan siswanya sejahtera tanpa ada momok menyesatkan mengenai TKA, Bimbel Khusus dll. Apakah dengan keunggulan nilai TKA, masa depan siswa terjamin kesejahteraanya. Jangan hanya menambah angka pengangguran di negeri tercinta ini. Pendidikan yang baik berawal dr rumah, dari keluarga diuji di lingkungan sosial” tegas Intan

Selain itu, perwakilan lainnya, Johan Imanuel, menilai, beredar informasi di media sosial atas kurang baiknya hasil TKA bagi siswa-siswi tingkat SMA, Johan mengingatkan segala kebijakan untuk materi pendidikan tidak dapat dilakukan seketika.

” Pemerintah harus memahami terkait transisi kebijakan baru terkait materi pendidikan, jangan semata-mata untuk memenuhi target rencana strategis dari program pemerintah tanpa memikirkan persiapan dan kematangan dari sekolah dan peserta sekolah untuk menerapkan kebijakan baru. Bisa dilihat dari TKA sepertinya terburu-buru dalam penerapannya sehingga hasilnya menimbulkan perdebatan di publik”. Tutup Johan.

 

Show Comments (0)
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *